Rabu, 08 Oktober 2014

Teori Medikasi

TEORI MEDIKASI

A.       Klasifikasi
1.        Per oral (PO), sublingual.
2.        Secara suntikan / parenteral ( intracutan, subcutan, intramuskuler, intravena).
3.        Rectal.
4.        Intra vaginal.
5.        Obat luar (topikal, melalui paru-paru / Inhalasi).
a.         Per Oral
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Keuntungan : praktis, aman, dan ekonomis
Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak enak), iritasi pada saluran cerna.
b.         Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya diletakkan dibawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah dibawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.


c.         Parenteral
Adalah cara pemberian obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah
Keuntungannya :
1)        Efek timbul lebih cepat dan teratur
2)        Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif,tidak sadar, atau muntah-muntah
3)        Sangat berguna dalam keadaan darurat
Kerugiannya : dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis, membutuhkan tenaga medis. Meliputi : intracutan, intravena (iv), subcutan (sc), dan intramuskuler (im).
d.        Intracutan
Prinsipnya memasukkan obat kedalam jaringan kulit merupakan pemberian obat melalui jaringan intracutan  ini dilakukan dibawah dermisatau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangam bagian ventral.
Intracutan biasa digunakam untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi otot (dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tubersulin tes).
e.         Subcutan
Pemberian obat secara subcutan adalah pemberian obat melalui suntikan  kearea bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak dibawah dermis
Jenis obat yang lazim diberikan secara SC ( Vaksin, Insulin, Obat per oprasi, Heparin dan Narkotik ).
Pemberian obat melalui subcutan  ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah pada pemakaian injeksi subcutan untuk jangka waktu yang lama, maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
Absorpsi biasanya berjalan lembut konsisten, sehingga efeknya bertahan lebih lama. Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam  bentuk suspense pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsi.
f.          Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Tujuan adalah pemberian obat dengan absorpsi lebih cepat dibanding dengan subcutan
Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa obat yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari saraf.
Pemberian obat secara intramuskuler sangat dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air yang menentukan kecepatan dan kelangsungan absorpsi obat
yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap ditempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap, dan tidak teratur. Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi.
g.         Intravena
Pemberian obat dengan cara memasukkan cairan obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dengan waktu cepat sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah.  Tujuan adalah memasukkan obat secara cepat dan mempercepat penyerapan obat. Pemberian obat intravena tidak langsung (via wadah) merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
Lokasi yang digunakan untuk penyuntikan :
                                              1)          Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica)
                                              2)          Pada tungkai (vena saphenosus)
                                              3)          Pada leher (vena jugularis ) khusus pada anak
                                              4)          Pada kepala (vena frontalis / vena temporalis) khusus pada anak
h.         Rectal
Pemberian obat via anus/ rektum/ rectal, merupakan cara memberi obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan inidisebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan  efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
Contoh pemberian yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac dan contoh efek sistematikpada obat aminofilin suppositoria dengan fungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rectalyang melewati sfingterani interna.
Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.
i.           Intravaginal
Pemberian obat per vagina, merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.
j.           Topikal
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes telinga, dan lain-lain.
1)      Pemberian obat pada kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, dan mengatasi infeksi. Pembeian obat kulit dapat bermacam-macam, seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
2)      Pemberian obat pada telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.
3)      Pemberian obat pada hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan ada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis/ nasofaring).
4)      Pemberian obat pada mata
Cara memberi obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata. Obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

k.        Inhalasi
Adalah cara pemberian obat dengan cara disemprotkan kedalam mulut. Kelebihan dari pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar oabat dapat terkontrol,terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung pada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi ini obat yang dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangan cepat bergerak melalui alveoliparu-paru serta membran mukosa pada saluran pernafasan.
l.          6 B
1.      Benar obat
2.      Benar pasien
3.      Benar dosis pemberian
4.      Benar cara pemberian
5.      Benar waktu pemberian
6.      Benar pendokumentasian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar